HTI Press. Bukannya
menolong sesama Muslim dari pembantaian kafir Budha Myanmar, pemerintah
negeri Muslim Bangladesh malah mengkriminalisasi aktivis Hizbut Tahrir
yang menolong pengungsi dengan menyediakan tempat tinggal, pekerjaan dan
bantuan pendidikan.
Menurutnya, para aktivis Hizbut Tahrir menghubungi para pengungsi
Muslim Rohingya, yang memasuki negara itu secara ilegal secara teratur,
dan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatannya dengan menyediakan
perumahan, pekerjaan dan bantuan pendidikan.
Polisi pun telah menahan tujuh aktivis dari kelompok Masjid Jami
Shahi Andorkilla pada hari Jumat (23/5) ketika mereka berusaha melakukan
unjuk rasa. Salah satunya adalah Mobarak Hossain (24 tahun), yang
tinggal di Kamp Pengungsi Letha di Teknaf dari Bazar Cox.
Selama interogasi awal, Mobarak mengatakan dia telah memasuki negara
itu sekitar setahun yang lalu dengan membayar Tk500 kepada penjaga
perbatasan Bangladesh dan Myanmar. One Moinuddin, seorang mahasiswa
sebuah madrasah di Hathazari Chittagong, membawanya ke penginapan
mahasiswa di daerah Forer Bari setelah seminggu kedatangannya.
Moinuddin mengizinkannya masuk ke madrasah tempat sekolahnya. Tapi
Mobarak mengatakan dia ingin mempelajari ilmu agama. Moinuddin kemudian
membantunya masuk ke Memori Komputer di wilayah kota pelabuhan
Chawkbazar delapan bulan yang lalu.
Moinuddin juga melibatkan Mobarak dalam kegiatan Hizbut Tahrir dan
mengatakan bahwa kegiatannya merupakan perjuangan untuk menegakkan
Islam. “Selain Mobarak, ada 10 orang Rohingya lainnya yang diurus oleh
Moinuddin, ” kata Shah Mohammad Abdur Rouf.
Seorang pejabat polisi tingkat atas, yang tidak mau disebut namanya, mengatakan kepada Tribune Dhaka
bahwa sekitar 1.000 Rohingya lainnya telah bergabung dengan Hizbut
Tahrir. Kepolisian menuduh Hizbut Tahrir memanfaatkan para pengungsi
untuk diajak memperjuangkan ideologinya.[]Rz/Joy
0 comments:
Post a Comment