Rezim Bashar al – Assad kembali menggunakan gas kimia yang pertama
kali digunakan di Ypres pada Perang Dunia Pertama dalam serangkaian
serangan baru-baru di Suriah, kata para pejabat Barat.
François Hollande, presiden Prancis, hari Minggu menyatakan pemimpin
Suriah itu terus menggunakan senjata kimia di garis depan, meskipun dia
menambahkan bukti-bukti yang pasti belum ditetapkan.
Para pejabat memeriksa serangan terhadap setidaknya tiga kota pada
minggu terakhir di mana laporan yang dapat dipercaya menunjukkan
penggunaan gas klorin, dimana puluhan orang yang mencari pengobatan
karena gejala-gejala keracunan.
Sementara rezim Suriah telah menyerahkan 80 persen cadangan senjata
kimianya untuk dihancurkan di bawah pengawasan PBB, serangan yang muncul
itu untuk menunjukkan bahwa rezim Assad terus menggunakan gas beracun
terhadap penduduknya sendiri.
“Kami memiliki beberapa elemen informasi namun saya tidak punya bukti
,” kata Hollande. “Yang saya tahu adalah apa yang kita lihat dari rezim
penggunaan metode mengerikan bahwa rezim itu mampu menggunakan dan
menolak setiap transisi politik.”
Serangan gas dipandang sebagai alat yang sangat efektif dalam memicu
kepanikan dan ketakutan di wilayah yang dikuasai para pejuang. Pada hari
Minggu, Laurent Fabius, Menlu Perancis, menunjukkan laporan intelijen
tentang serangan itu yang sedang diteliti, dan menyatakan pihaknya
menerima “indikasi” mengenai serangan kimia baru-baru ini yang masih
akan diverifikasi.
Para pejabat Amerika dan Inggris sedang meneliti rekaman video
kotak-kotak kecil tabung gas klorin yang diproduksi Cina yang dipasang
dengan detonator peledak untuk menghantam kota Kafr Zita dekat Hama.
Para aktivis mengatakan gas itu digunakan selama pertempuran sengit
ketika pasukan rezim tampaknya kehilangan kendali atas kota strategis
Khan Sheikhoun.
Karena serangan awal pada 11 April itu, setidaknya sudah ada dua
insiden terkait gas klorin di wilayah yang dikuasai para pejuang.
Dua serangan terpisah dilaporkan minggu lalu di Tamanah di Provinsi
Idlib dan Zahraa dekat Homs. Bulan lalu laporan yang dapat dipercaya
dari serangan gas muncul dari Harasta dan Jobar, keduanya dekat
Damaskus.
Sementara klorin tidak didaftarkan sebagai agen kimia terlarang untuk
penggunaan luas di bidang industri, penggunaannya sebagai senjata
perang dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia tahun 1925.
Klronin pertama kali digunakan 99 tahun lalu oleh pasukan Jerman
selama Pertempuran kedua Ypres selama serangan ofensif untuk menyerbu
parit-parit di Anglo-Perancis, yang membunuh setidaknya 30.000 orang.
“Klorin adalah senjata kimia yang cukup baik yang digunakan pada tahun 1915 untuk mencapai keuntungan di medan perang dan sementara itu masuk dalam daftar gas yang paling berbahaya pada tahun 2014, gas itu tetap merupakan pilihan yang efektif di tempat-tempat tertentu di Suriah, ” kata Hamish de Bretton – Gordon, seorang direktur konsultasi SecureBio dan mantan komandan pasukan kesiapan kimia Angkatan Darat Inggris.
“Klorin adalah senjata kimia yang cukup baik yang digunakan pada tahun 1915 untuk mencapai keuntungan di medan perang dan sementara itu masuk dalam daftar gas yang paling berbahaya pada tahun 2014, gas itu tetap merupakan pilihan yang efektif di tempat-tempat tertentu di Suriah, ” kata Hamish de Bretton – Gordon, seorang direktur konsultasi SecureBio dan mantan komandan pasukan kesiapan kimia Angkatan Darat Inggris.
“Bukti-bukti dari Kafr Zita cukup menarik dan tentu sedang diteliti dengan sangat hati-hati oleh para pejabat.”
Menanggapi tuduhan para pejuang, Damaskus menyalahkan Jabhah al – Nusra, dan mengklaimnya sebagai pelaku sebenarnya gas itu.
Eliot Higgins, seorang blogger Inggris yang dikenal sebagai Brown
Musa, yang mengikuti serangan-serangan di Suriah, percaya penjelasan
rezim tidak beralasan karena bom itu dijatuhkan dari helikopter. “Karena
banyak laporan yang mengklaim sebuah helikopter menjatuhkan bom,
tampaknya sangat tidak mungkin Jabhah al – Nusra telah mengoperasikan
helikopter, ” katanya.
Gordon percaya bahwa rezim telah menyingkirkan tumpukan cadangan
senjata kimia itu yang dinyatakan di bawah kontrol langsung namun 20
persen dari arsenal itu masih harus dikirim berdasarkan kesepakatan
dengan PBB yang ditandatangani tahun lalu dan tidak akan dipindahkan
pada batas waktu 30 April karena pasukan pejuang bisa mengontrol jalur
akses ke basis di mana gas itu disimpan.
Suatu laporan SecureBio baru-baru ini memperingatkan penggunaan yang
terus menerus dari jenis senjata kimia ini di Suriah dan kegagalan untuk
mengkapalkan seluruh persediaannya. (rz/www.telegraph.co.uk)
0 comments:
Post a Comment