Setelah
mengevaluasi dampak kenaikan gas ukuran 12 Kg, Hizbut Tahrir Indonesia
desak pemerintah hentikan dan batalkan kenaikan sumber energi kebutuhan
pokok rakyat tersebut.
“HTI besok akan melakukan aksi penolakan pukul 9 pagi di depan Istana
dan akan mengirimkan pernyataan pers berkenaan dengan soal ini,” ujar
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto kepada
mediaumat.com, Sabtu (4/1) di Kantor DPP HTI, Crown Palace Jl Soepomo,
Jakarta Selatan.
Menurut HTI, penaikan harga gas tersebut sangat semena-mena karena
menaikkan harga dalam situasi sulit seperti ini akibat penaikan harga
BBM, padahal sebelumnya pemerintah juga memaksa rakyat Indonesia untuk
berpindah dari konsumsi minyak tanah ke gas.
“Ini keputusan yang sangat dzalim yang dilakukan oleh perusahaan
milik negara. Karena itu pemerintah harus menghentikan dan membatalkan
kenaikan harga kebutuhan pokok rakyat ini. Karena ini berdampak sangat
serius pada peningkatan beban rakyat,” tegas Ismail.
Menurut Ismail, penaikan harga gas dan hajat hidup orang banyak yang
semena-mena dan terus berulang lantaran negara mengatur masyarakat itu
seperti hubungan pembeli dan penjual. “Apalagi kemudian seolah-olah
Pertamina dilepas dengan alasan bisnis merugi sekian triliun kemudian
dibenarkan untuk menaikan harga dengan semena-mena,” ungkapnya.
Ismail menegaskan, semestinya hubungan antara pemerintah dengan
rakyat itu pelayanan. Sehingga pemerintah melayani rakyat. Jadi tidak
ada istilah rugi di sini. Lagi pula gas itu kan milik rakyat. Lalu
pemerintah diwajibkan mengelola kok bilang rugi. “Ini adalah pola-pola
kapitalis, rakyat yang sebagai pemilik gas itu diposisikan sebagai
pembeli,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo
0 comments:
Post a Comment