Natal itu apa? Istilah “Natal” merujuk kepada peringatan kelahiran Yesus
sebagai tuhan. Dirayakan pada tiap 25 Desember kalender masehi.
Analogi Sederhana. Seorang Muslim tentu tidak boleh mengucapkan selamat
natal, apalagi mengikuti perayaannya. Itu sudah jadi prinsip umat Islam.
Namun masih banyak yang belum memahami hal ini dan tetap bertoleransi
dalam hal yang terlarang.
![]() |
ilustrasi - Natal |
Berikut adalah sebuah analogi sederhana yang bisa menjadi penjelas untuk
memahamkan pada orang yang tidak paham, mengapa Muslim dilarang
mengucap selamat natal. Berikut disampaikan dalam bentuk diskusi antara
seorang Muslim (bernama Muslimah) dan seorang Kristen (bernama Cristy).
Cristy: Hai Muslimah, apa kabar? Kok kamu ngga ucapin selamat natal ke aku? Semua teman-teman kita udah lho, dari kamu aja yang belom.
Muslimah: Hai Cristy, kabarku baik. Alhamdulillah. Ohh… sorry
Say, untuk yang satu ini aku ngga bisa. Agama kami mengajarkan berbuat
baik terhadap sesama termasuk pada non Muslim. Tapi jika ada sangkut
paut dengan urusan agama, maka prinsip kami,‘Lakum diinukum wa
liyadiin’, bagi kalian agama kalian, bagi kami agama kami. Jadi,
silahkan kalian merayakan hari raya agama kalian, kami ngga ikut. Itu
toleransi antar beragama dalam agama kami.
Cristy: Ok, aku paham kamu ngga mau ikut acara Natal. Tapi
masak ngucapkan selamat Natal aja ngga boleh? Bukankah itu hanya sekedar
kata-kata? Teman-teman Muslimku yang lain ngucapin ke aku tuh?
Muslimah: Yah, mungkin mereka belum tahu aja kalau itu
dilarang dalam Islam. Eh Cristy, coba deh, ucapkan, ‘asyhadu alla ilaha
illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah’, buat aku, kamu mau
ngga?
Cristy: Ohh Nooo…!! itu kan syahadat kamu. No no no, saya ngga
bisa ngucapin itu. Iman gue bisa rusak Mus….itu akan mengganggu
kepercayaan saya.
Muslimah: Kok ngga mau? Kan hanya sekedar kata-kata? Ayolah, ucapkan sekali saja.
Cristy: Hmmm….baik, sekarang aku ngerti Mus.
Nah, jelas sekali bahwa mengucapkan selamat natal tidaklah pantas bagi seorang Muslim walau hanya sekedar kata-kata di lisan.
Lalu bagaimana dengan orang yang dianggap ‘tokoh’ masyarakat level
nasional/lokal dari kalangan Muslim atau bahkan ustad/kiyai yang tampil
di depan umum dan kemudian mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat
Kristen? Maka sesungguhnya tanpa disadari hal tersebut telah merusak
akidahnya dan akidah umat Islam yang mengikutinya.
Ucapan ‘selamat’ artinya adalah doa (ucapan, pernyataan) yang mengandung
harapan supaya sejahtera, sukses, tidak kurang suatu apa pun,
beruntung, tercapai maksudnya. Maka ucapan Selamat Natal adalah sebuah
pernyataan harapan atau dukungan atas Kelahiran Yesus sebagai Tuhan anak
(anak Tuhan) yang sekaligus membenarkan ajaran Trinitas.
Sedangkan dalam Islam, Nabi Isa as (Yesus) seorang Nabi utusan Allah
SWT, seorang manusia biasa, yang juga makan, memiliki istri dan
berketurunan. Surah Al-Maaidah:75, Ar-Ra’d:38. Dan Allah SWT menyatakan,
“Kafir lah!!” bagi orang yang menganggap Nabi Isa as (Yesus) sebagai
tuhan, salah satu dari oknum trinitas. Surah Al-Maaidah:73.
Bukan sekedar budaya. “Oh, Umi…kami merayakan Natal bersama keluarga
hanya just for fun, hanya makan-makan, tukar kado di bawah Pohon Natal.
Tidak ada doa-doa atau ritual-ritual seperti di Gereja. Boleh kan?”
Perayaan Natal bukan sekedar budaya. Makan-makan, tukar kado saat Natal,
menghias Pohon Natal, berkirim kartu ucapan Natal adalah
kegiatan-kegiatan tambahan untuk memeriahkan Natal. Kegiatan-kegiatan
tersebut sejatinya adalah kegiatan yang mubah (boleh), tapi ketika
dikaitkan dalam rangka Natal, maka menjadi haram bagi Muslim untuk
melakukannya.
Berbeda dengan Budaya Baju Batik hari Kamis/Jumat yang tidak berkaitan
dengan aqidah apapun, maka hukumnya adalah mubah. Tapi Natal, jelas
berkaitan dengan aqidah Kristen karena 25 Desember adalah merayakan hari
kelahiran Yesus yang mereka sembah sebagai tuhan.
Berbagai pendapat yang mengatakan Natal Tidak Sah
Catholic Encyclopedia, edisi 1911, tentang Christmas : “Natal bukanlah
upacara gereja yang pertama … melainkan ia diyakini berasal dari Mesir,
perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada
bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus”
Dalam buku yang sama, tentang “Natal Day” dinyatakan sebagai berikut,
“Di dalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau
menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah
orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora
merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan,“Natal bukanlah upacara
gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah
menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya.
Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah
berhala.”
Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944, menyatakan, “Menurut para
ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat
Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian
orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran
orang tersebut…” (perjamuan Suci, yang termaktub dalam Kitab Perjanjian
Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus)…Perayaan Natal
yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad
ke-4 M. Pada abad ke-5 M. Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen
untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta
bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak
seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Vatikan Mulai Guncang. Dalam buku ‘Yesus Of Nazareth: The Infancy
Narratives’ yang dirilis pada 21 November 2012, Paus Benedictus XVI
menuliskan, “Penanggalan Kristen salah!” dan lebih lanjut ia menuliskan,
“Yesus tidak lahir pada 25 Desember.”
Lalu dasar pelaksanaan ibadah perayaan Natal yang dilakukan umat Kristen
setiap tanggal 25 Desember itu apa? Jika pimpinan tertinggi agama
Kristen sudah menyatakan, Yesus tidak lahir 25 Desember, lalu untuk apa
lagi umat Kristen masih ngotot merayakan kelahiran tuhan nya pada
tanggal 25 Desember dan malah mengajak Muslim untuk mengikutinya. Betapa
rapuh nya agama Kristen ini.
Tak berselang lama dari apa yang dinyatakan oleh Paus Benedictus XVI,
yakni tepatnya bulan Oktober 2013, Paus yang baru, Paus Fransis yang
menggantikannya pun membuat kontroversi yang sama. Ia mengatakan bahwa
“There is no Catholic God”….. Tidak ada Tuhan Katholik. Dan dimuat oleh
Kompas.com tanggal 8 Oktober 2013, Paus mengatakan: “Saya percaya Tuhan,
tapi bukan Tuhan Katholik”.
Kita tidak membahas tentang ‘Tuhan Katholik’ itu yang seperti apa, ini
akan jadi pembahasan yang panjang. Tapi pernyataan Paus sebagai pimpinan
tertinggi gereja, mengindikasi kuat bahwa sedang terjadi ‘guncangan
hebat masalah konsep tuhan’ dalam dunia Kristen.
Nah, dari fakta-fakta ini. Apakah Muslim masih akan hadiri perayaan
natal? Atau mengucap selamat natal? Dan mengatakan, ‘semua agama sama’?
pernyataan ini bukan bentuk toleransi, tapi kebodohan.[Hj Irena Handono, Pakar Kristologi/Pendiri Irena Center]
0 comments:
Post a Comment