Padahal semua orang tahu bahwa al-Sisi tidak pernah memimpin
pertempuran apapun melawan entitas Yahudi yang menduduki Palestina. Akan
tetapi ia memimpin peperangan melawan rakyatnya sendiri ketika ia
memerintahkan pembunuhan terhadap para demonstran yang melakukan aksi di
sejumlah alun-alun, hingga ribuan dari mereka nyawanya melayang, dan
sejauh ini rezimnya masih melakukan pembunuhan dan penahanan dengan
sewenang-wenang.
Sementara itu, Presiden Mesir yang berada di penjara, Muhammad Mursi,
pada tahun 2012 menaikkan pangkatnya menjadi Jenderal, padahal semua
tahu bahwa al-Sisi adalah seorang intelijen di militer, yang kemudian
berbalik melawan dirinya dan melemparkannya ke dalam penjara.
Yang aneh dalam hal ini, adalah bahwa militer telah bertindak sebagai
lembaga politik yang menjadi kompetitif bagi kekuatan politik yang
lain, sebagaimana ia memperlihatkan sebagai penguasa yang mengontrol dan
menguasai negeri ini.
Dan yang lebih aneh lagi, adalah bahwa para pendukung demokrasi dan
sekularisme justru mereka mendukung pemerintahan otoriter, dan menolak
pemerintahan kelompok politik tertentu yang berbeda pendapat dengan
mereka. Jadi mereka lebih memilih pemerintahan otoriter ini, sebab
mereka tidak berada dalam kekuasaan. Dalam hal ini, mereka
memperlihatkan ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah tanpa
menyerukan intervensi militer. Sehingga mereka memberi restu militer
untuk melakukan pembantaian dan kejahatan, dan mereka pun bertepuk
tangan serta menari di atas darah orang-orang yang tidak bersalah.
Sehingga dengan demikian, mereka telah melenyapkan demokrasi di Mesir
selamanya, karena mereka, para penyeru demokrasi merasa tidak berdaya
untuk mendirikan negara demokratis yang janjikan, juga masyarakat sudah
tidak lagi mempercayai mereka dan demokrasinya setelah sebagian orang
tertipu, yaitu orang-orang yang dianggap sebagai kelompok Islamis, oleh
demokrasi mereka untuk waktu yang singkat, yang kemudian mereka dilempar
ke dalam apinya.
Perlu diketahui, bahwa para pendukung sekularisme dan demokrasi itu
adalah segelintir orang yang menguasai media, kemudian media membisiki
masyarakat bahwa segelintir orang ini seolah-olah penguasa negara,
padahal mereka sangat lemah, dan sangat ketakutan sekali. Untuk itu,
mereka menggunakan militer guna melindungi dan mewujudkan keinginannya
meraih sejumlah posisi dalam negara.
Padahal semua tahu bahwa statistik menunjukkan antara 90 persen
sampai 95 persen dari rakyat Mesir menginginkan penerapan Islam, dan
mereka merindukan sistem Khilafah, yang telah memerintah negara mereka
selama lebih dari tiga abad, dimana mereka hidup dalam naungannya dengan
penuh kenyamanan, keamanan, keadilan dan kemakmuran (kantor berita HT, 2/2/2014).
0 comments:
Post a Comment