Berita :
Perjanjian kedua negara ditandatangani Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Adiel Muhammad Fakieh dari
Kementerian Tenaga Kerja Saudi. Keterangan yang dirilis Kemenakertrans
menyebutkan perjanjian mencakup pembuatan kontrak kerja secara online,
akses komunikasi ke pihak luar, penyediaan hari libur, dan sistem
penggajian yang dilakukan melalui jasa perbankan. Menurut perjanjian
tersebut, PRT asal Indonesia nampaknya tidak akan lagi kehilangan paspor
mereka dan untuk pertama kalinya mereka akan diberi hak perlindungan
dasar seperti istirahat harian selama 9 jam, ketepatan pembayaran gaji
mereka pada akhir bulan, cuti sakit dan hak berlibur satu bulan penuh
setiap dua tahun.
Sejumlah pihak mengatakan selama ini perlindungan terhadap pekerja
Indonesia di Saudi lemah, antara lain ditandai dengan kasus-kasus
penyiksaan maupun minimnya penghormatan terhadap hak-hak TKI. “Ini
menjadi awal sejarah baru dalam penempatan dan perlindungan TKI kita di
Arab Saudi. Kita harapkan penandatangan agreement TKI ini dapat
meningkatkan perlindungan TKI yang bekerja di sana,” kata Muhaimin
sebelum acara penandatanganan. Menurut Muhaimin perjanjian tersebut akan
memberikan kepastian hukum baik bagi pengguna maupun bagi TKI.
Komentar:
Sungguh Ironis setelah puluhan tahun, baru ada upaya serius dari
kedua negara untuk memberi perlindungan terhadap ribuan Muslimah
Indonesia! Setelah puluhan tahun dan setelah ribuan korban berjatuhan
akibat diperbudak, dianiaya bahkan dibunuh. Sebagai contoh, data yang
diungkap Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care bahwa ada 9
pekerja migran Indonesia di Arab Saudi yang menanti eksekusi mati,
sementara 33 kasus sedang diproses.
Kedua negeri muslim ini telah melanggengkan praktek eksploitasi
terhadap jutaan perempuan Muslimah, demi keuntungan ekonomi dan
kepentingan nasional masing-masing. Para penguasa ini tidak menyadari
bahwa nasionalisme dan sistem negara-bangsa yang mereka anut telah
membawa pada kehancuran martabat umat Islam, dengan memperlakukan
saudari mereka sendiri sebagai barang dagangan dan melakukan praktek
dehumanisasi pada mereka yang bukan berasal dari bangsanya. Sebaliknya,
para penguasa negeri-negeri Muslim juga dengan bangganya menerapkan dan
memuja sistem Kapitalisme sekuler di negeri mereka – baik sistem
nilainya dan prinsip-prinsip ekonominya yang imperialistik- dan terus
berpegang teguh memelihara sistem rusak ini dengan melakukan usaha-usaha
parsial seperti memperbaiki hukum ketenagakerjaan ataupun melakukan
perjanjian bilateral yang sebenarnya adalah tindakan tidak berarti dan
tidak akan berdampak besar dalam mengurangi penindasan ekonomi terhadap
buruh migran.
Tidak heran karena para penguasa ini sejatinya adalah sisa-sisa
kolonial dari negara Kapitalis Barat yang berlindung dibalik ide
nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan negara-bangsa yang merupakan
bagian dari strategi negara Barat untuk memecah-belah umat Islam melalui
runtuhnya institusi Khilafah Ustmaniyah di Turki tahun 1924. Mereka
bukanlah pelindun
g umat Islam, juga bukan pelindung bagi kaum perempuan
mulia nan terhormat! Mereka sejatinya adalah ‘kanker’ di tubuh umat ini
karena telah mengkhianati Islam dan mengorbankan kehormatan putri-putri
Islam. Mereka jauh dari karakter yang digambarkan Rasulullaah Saw pada
kepemimpinan Islam, dimana beliau SAW pernah bersabda:
فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam adalah penggembala (ro’in), dan ia bertanggung jawab untuk orang-orang yang digembalakannya”.
Jutaan Muslimah hari ini sangat membutuhkan pemimpin sejati yang akan
melindungi kehormatan dan keluarga mereka, yang menggariskan
perlindungan penuh terhadap kaum perempuan sebagai kehormatan yang wajib
dijaga BUKAN dipandang hanya sebagai pekerja murah rendahan. Dan ini
hanya akan terwujud dalam sebuah sistem pemerintahan ideologis bagi umat
Islam, yakni sistem Khilafah yang memiliki visi politik untuk
mengimplementasikan SELURUH prinsip-prinsip dan hukum Islam pada
masyarakat. Sistem Khilafah adalah satu-satunya yang mampu menangani
dengan kredibel dan memberikan solusi praktis untuk berbagai masalah
politik, ekonomi dan sosial yang saat ini menimpa perempuan di seluruh
negeri-negeri Muslim dan di seluruh dunia, termasuk perempuan Indonesia.
Written for the Central Media Office of Hizb ut Tahrir by
Fika Komara
Member of the Central Media Office of Hizb ut Tahrir
No comments:
Post a Comment