[Al-Islam edisi 708, 2 Sya’ban 1435 H – 30 Juni 2014 M]
Sejak Indonesia diproklamasikan, demokrasi adalah sistem politik yang
dipilih. Berbagai bentuk demokrasi telah diterapkan; mulai dari
demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila hingga
kembali lagi ke demokrasi liberal.
Di bidang ekonomi, negeri ini memang sempat terpengaruh sosialisme
pada masa Orde Lama. Namun kemudian, kapitalisme-liberalisme adalah
sistem ekonomi yang diberlakukan. Penerapan sistem ekonomi tersebut
semakin menjadi-jadi pasca Reformasi. Ini ditandai dengan
doktrin-doktrin ekonomi liberal yang dijalankan seperti pembatasan peran
negara sebatas regulator, pasar bebas, pencabutan subsidi dan
privatisasi.
Pertanyaan penting penting tentu patut diajukan: Apakah setelah
menerapkan demokrasi selama puluhan tahun, Indonesia menjadi lebih baik?
Apakah setelah menjalankan sistem ekonomi liberal sekian lama,
Indonesia menjadi lebih sejahtera?
Sudah tampak jelas, demokrasi dan sistem ekonomi liberal gagal
menjadikan negeri ini lebih baik dan sejahtera. Sebaliknya, negeri ini
makin rusak dan bobrok. Alih-alih menyelesaikan masalah, demokrasi dan
sistem ekonomi liberal justru menjadi sumber masalah! Betapa tidak.
Ongkos demokrasi yang amat mahal terbukti menjadi pemicu utama korupsi
marak. Demokrasi yang dipropagandakan “dari, oleh dan untuk rakyat”
pada praktiknya hanya untuk kepentingan para pemilik modal dan
korporasi. Berbagai undang-undang liberal yang dihasilkan justru
menyengsarakan rakyat. Bahkan demokrasi juga menjadi pintu masuk bagi
negara-negara kafir penjajah untuk menguasai dan merampok kekayaan alam
negeri ini.
Namun anehnya, demokrasi dan sistem ekonomi liberal tetap saja
dipertahankan. Belum ada tanda-tanda sistem ini bakal dicampakkan.
Apakah berbagai kerusakan dan kebobrokan yang ditimbulkan oleh sistem
tersebut tidak membuat kita sadar? Apakah kita baru tersadar setelah
kekayaan alam kita habis tak tersisa karena dirampok oleh negara-negara
kafir penjajah? Jika itu yang terjadi, sungguh penyesalan yang
terlambat!
Sungguh, kita tidak perlu ragu untuk mencampakkan demokrasi dan
sistem ekonomi liberal karena merupakan sistem kufur dan lahir dari
ideologi kapitalisme yang kufur. Ideologi ini membatasi peran agama
hanya mengatur urusan pribadi. Ini jelas bertentangan dengan Islam
karena Islam adalah dîn kâmil syâmil yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Prinsip dasar demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Konsekuensinya,
otoritas menetapkan hukum ada di tangan rakyat yang diwakili oleh
lembaga legislatif. Padahal menetapkan hukum, menghalalkan dan
mengharamkan segala sesuatu bukan merupakan otoritas manusia. Memberikan
otoritas tersebut kepada manusia merupakan kejahatan besar karena
membuat hukum adalah otoritas tunggal Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
﴿إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ﴾
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik (TQS al-An’am [6]: 57).
Maka dari itu, demokrasi haram dijadikan sebagai pandangan hidup dan
asas bagi konstitusi beserta seluruh undang-undang. Haram pula mengambil
dan menyebarluaskan demokrasi.
Ingatlah, ibarat kereta, ideologi dan sistem kufur adalah lokomotif
yang membawa gerbong-gerbong kemaksiatan, kemungkaran dan kezaliman yang
semuanya berujung pada kerusakan.
Sesungguhnya Islam telah memiliki sistem pemerintahan sendiri, yakni
Khilafah. Khilafah adalah satu-satunya sistem pemerintahan Islam; bukan
republik, kerajaan, imperium, federasi, demokrasi dan lain-lain. Secara syar’i dinyatakan:
رِئَاسَةٌ عَامَةٌ لِلْمُسْلِمِيْنَ جَمِيْعاً
فِي الدُّنْيَا لِإِقَامَةِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ الْإِسْلَامِي، وَحَمْلِ
الدَّعْوَةِ اْلإِسْلَامِيَّةِ إِلَى الْعَالَمِ
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di
dunia untuk menegakkan syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke
seluruh dunia.
Dengan Khilafah umat Islam bisa dipersatukan dalam satu kepemimpinan
dan satu negara. Dengan Khilafah seluruh hukum syariah bisa diterapkan
dan dakwah Islam dapat diemban ke seluruh dunia.
Sungguh, kebaikan dan keberkahan akan Allah SWT limpahkan ketika
hukum-hukum-Nya ditegakkan. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah
saw. bersabda:
«حَدٌّ يُقَامُ فِى الأَرْضِ خَيْرٌ لِلنَّاسِ مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا ثَلاَثِينَ أَوْ أَرْبَعِينَ صَبَاحاً»
Satu hukum had (sanksi syariah atas kejahatan tertentu) yang
ditegakkan di muka bumi lebih baik bagi manusia daripada mereka diguyur
hujan selama tiga puluh atau empat puluh hari (HR Ahmad).
Itu baru satu jenis hukum saja. Tentu betapa besar kebaikannya jika seluruh hukum syariah ditegakkan?
Namun, sungguh disayangkan, sistem pemerintahan itu sekarang tidak
ada. Itu terjadi sejak institusi Khilafah Utsmaniyah dihapuskan oleh
Musthafa Kemal Attaturk pada 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret
1924.
Kewajiban menegakkan Khilafah telah banyak dijelaskan oleh para
ulama. Tidak ada ikhtilaf di antara mereka. Bahkan Khilafah bukan
sekadar kewajiban, tetapi kewajiban paling penting. Ibnu Hajar
al-Haitami rahimahul-Lah dalam Ash-Shawâiq al-Muhriqah berkata:
اِعْلَمْ أَيْضًا أَنَّ الصَّحَابَةَ
رِضْوَانَ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ أَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ
نَصْبَ الْإِمَامِ بَعْدَ اِنْقِرَاضِ زَمَنِ النُّبُوَّةِ وَاجِبٌ بَلْ
جَعَلُوْهُ أَهَمَّ الْوَاجِبَاتِحَيْثُ اِشْتَغَلُوْا بِهِ عَنْ دَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ketahuilah juga, sesungguhnya para Sahabat ra. telah berijmak
bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah zaman kenabian adalah
kewajiban. Bahkan mereka menjadikan Imamah/Khilafah sebagai kewajiban
yang terpenting ketika mereka lebih sibuk memilih dan mengangkat
khalifah daripada memakamkan Rasulullah saw.
Jadi, sungguhaneh jikamasih ada di antara kaum Muslim yang meragukan
dan menolak Khilafah, apalagi menghalangi perjuangan umat ini untuk
menegakkan Khilafah. Aneh pula jika ada yang merasa pesimis dengan
tegaknya Khilafah, bahkan menganggap penegakan Khilafah sebagai utopia,
ilusi atau mimpi. Sikap ini tentu ironi. Mengapa? Pasalnya, kaum kafir
saja tidak mengingkari kemungkinan Khilafah bakal tegak kembali.
Buktinya, negara-negara kafir penjajah amat serius menghalangi tegaknya
Khilafah. Itu artinya, mereka menganggap Khilafah adalah ancaman nyata
bagi mereka.
Apakah mereka yang meragukan tegaknya Khilafah lupa, bahwa kekuasaan
hanya di tangan Allah SWT? Dialah Yang memberikan kekuasaan kepada siapa
pun yang Dia kehendaki, juga mencabut kekuasaan dari siapa pun yang Dia
kehendaki. Maka dari itu, apa sulitnya bagi Allah SWT untuk membuat
Khilafah berdiri kembali sebagaimana sebelumnya? Allah SWT pun tidak
akan mengingkari janji-Nya.
﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi (TQS an-Nur [24]: 55).
Kabar gembira tentang Khilafah yang bakal kembali tegak juga diberitakan dalam banyak hadis. Dalam riwayat Ahmad, Khilafah ‘alâ Minhâj an-Nubuwwah akan datang setelah masa mulk[an] jabriyyan (penguasa
diktator). Dalam hadis riwayat Imam Ahmad diberitakan bahwa
Konstantinopel dan Roma akan dibebaskan. Konstantinopel berhasil
dibebaskan oleh Sultan Muhammad al-Fatih, lalu diubah namanya menjadi
Istanbul. Adapun Roma hingga kini masih belum pernah dibebaskan. Insya
Allah, kota itu juga akan dibebaskan. Yang bakal membebaskannya adalah
Khilafah. Bahkan dalam hadis riwayat Imam Muslim diberitakan, Rasulullah
saw. pernah diperlihatkan ujung timur dan ujung barat bumi. Beliau
menegaskan, kekuasaan umat beliau akan sampai ke seluruh bagian bumi
yang diperlihatkan kepada beliau.
Sebagai hamba Allah SWT, tugas kita hanyalah menunaikan kewajiban.
Karena Khilafah merupakan kewajiban, maka tidak ada pilihan bagi kita
kecuali harus maju dan berjuang menegakkan Khilafah. Celaan dan
kemurkaan manusia tidak boleh membuat kita mundur walau hanya selangkah.
Ingatlah, ketika kita berjuang untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT,
maka kita berhak mendapatkan pertolongan-Nya. Rasulullah saw. bersabda:
«مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ
وَكَّلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ
كَفَاهُ اللهُ مَؤْنَةَ النَّاسِ»
Siapa saja yang berusaha menyenangkan manusia dengan membuat
Allah murka, Allah bakal menyerahkan dirinya kepada manusia. Siapa saja
yang membuat manusia marah dengan keridhaan Allah, niscaya Allah bakal
mencukupi dirinya sehingga dia tidak memerlukan pertolongan manusia (HR at-Tirmidzi dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dari Aisyah ra.).
Tatkala Allah SWT memberikan pertolongan, siapakah yang mampu menghalanginya?
Pada kesempatan ini, Hizbut Tahrir kembali mengajak seluruh kaum
Muslim untuk berjuang bersama-sama menegakkan kembali Khilafah. Kami
menyampaikan pesan Amir Hizbut Tahrir yang sekarang, al-‘Alim al-Jalîl asy-Syaikh Atha` Abu ar-Rasytah. Beliau berkata:
Sungguh kami tengah berjuang, sedangkan mata kami melihat
Khilafah dan hati kami berdebar-debar menyambutnya. Kami semua yakin
Khilafah akan kembali tegak sebab Rasulullah saw. telah memberitahu kita
dan menyampaikan kabar gembira kepada kita bahwa Khilafah akan kembali
tegak. Beliau bersabda:
«ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ»
Selanjutnya akan tegak kembali Khilafah ‘ala Minhâj an-Nubuwah.
Semua ini adalah kenyataan yang mempertajam tekad, memperkuat kemauan dan menggembirakan hati.
Oleh karena itu, wahai kaum Muslim, sambutlah seruan perjuangan ini.
Songsonglah janji Allah SWT dan berita gembira Rasul-Nya dengan penuh
semangat. Bergabunglah dalam barisan umat bersama Hizbut Tahrir untuk
menegakkan Khilafah. Penuhilah panggilan Allah SWT:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar (TQS at-Taubah [9]: 119).
WalLah a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar al-Islam:
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo mengatakan, bahwa beberapa
tahun belakangan dana asing yang masuk ke Indonesia sangat besar, dan
membuat Indonesia terlena serta lupa melakukan reformasi struktural (Kompas.com, 26/5).
- Ingat, yang menjadi sumber problem ekonomi negeri ini adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme sekarang ini.
- Yang dibutuhkan negeri ini dan warganya bukan sekadar perbaikan struktur ekonomi, melainkan mengganti sistem ekonomi kapitalisme dengan sistem ekonomi Islam.
-
0 comments:
Post a Comment