Share From : http://hizbut-tahrir.or.id

Dalam laporan yang berjudul, “Tak Seorang pun Aman (Penganiayaan Perempuan Irak di Sistem Pengadilan Kriminal),” HRW
mendokumentasikan penganiayaan seperti: dipukul; ditendang; ditampar;
digantung dengan kaki di atas; dipukul kakinya; disetrum dengan listrik;
diperkosa atau diancam akan diperkosa oleh anggota keamanan selama masa
interogasi.
Beberapa perempuan menggambarkan bahwa
mereka dilecehkan di hadapan suami mereka, saudara laki-laki dan anak
mereka. Studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar tahanan perempuan
tidak punya akses terhadap pengacara dan mereka dipaksa untuk
menandatangani pengakuan palsu.
Salah satu tahanan menyatakan bahwa
setelah selama 9 hari dipukuli, disetrum dan digantung terbalik
menjadikan dia cacat permanen. Dia bilang bahwa pihak keamanan memaksa
dia untuk mengakui tindakan terorisme dengan mengancam untuk memperkosa
anak perempuannya.
Tujuh bulan setelah berbicara kepada
HRW, dia dibunuh meskipun keputusan Pengadilan telah membebaskan dia
dari berbagai tuduhan. Pegawai keamanan yang telah menyiksa dia belum
diadili sehingga membuktikan bahwa pegawai keamanan telah diberi ijin
untuk menganiaya tanpa bisa disentuh hukum. []
Abu Shadiq, Pejuang Khilafah (insya Allah) Syahid
Hizbut Tahrir Suriah menyatakan selamat kepada aktivis HT Suriah Hasan Shaadiq asy-Syawn (Abu Shadiq) yang berpulang ke rahmatulLah saat berjuang melawan rezim thaghut Bashar Assad.
“Selamat, wahai Abu Shadiq, engkau telah membenarkan Rabb-mu,
mengangkat panji Nabi-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Sesungguhnya
kami memohon kepada Allah SWT agar menguntungkan perniagaanmu (Allah
meridhai dan menerima pengorbanannya, pen.),” ungkap Juru Bicara HT Suriah Hisyam Albaba dalam pers rilisnya, Sabtu (8/2).
Menurut Hisyam, Abu Shadiq dengan ikhlas mengemban dakwah bi idznilLah. Sungguh ia telah menghabiskan waktunya dengan kesungguhan dan keikhlasan untuk mewujudkan proyek besar umat ini, Khilaafah ar-Rasyidah; meninggikan panji Rasulullah, satu-satunya panji al-‘uqab, tidak ada panji selainnya.
“Kami berjanji kepada Anda dan kepada
orang-orang yang Anda cintai yang telah mendahului Anda untuk mengikuti
jejak langkah Anda dengan panji-panji menjulang tinggi yang telah Anda
angkat agar sampai pada Dar al-Khilaafah, yang di bawahnya kami
akan mengulurkan tangan-tangan kami untuk membaiat Khalifah kaum
Muslimin dan akan kami katakan, ‘Inilah tangan Abu Shadiq yang membaiat
(Khalifah) bersama kami,’” tulis Hisyam.
“Semoga Allah merahmati Anda, wahai
pahlawan. Betapa indah akhlak tawaduk Anda yang mendekatkan jiwa. Tidak
ada seorang pun yang melihat dan berbicara dengan Anda kecuali ia akan
mencintai Anda karena Allah. Kami berdoa kepada Allah SWT agar
menempatkan Anda di sisi-Nya pada kedudukan para syuhada,” pungkas
Hisyam. []
Rusia Ketar-Ketir Khilafah Tegak di Suriah
Melihat besarnya keinginan rakyat Suriah untuk menegakkan Khilafah, sekutu rezim thaghut Bashar Assad ketar-ketir. Hal itu terungkap dalam pernyataan yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam berbagai kesempatan.
Pada kesempatan wawancara dengan televisi NTV
pasca Konferensi Jenewa II misalnya, Lavrov mengajak berbagai kekuatan
untuk mencegah terwujudnya negara idaman rakyat Suriah. “Penting bahwa
proses politik disertai dengan menggabungkan kekuatan yang sehat, yang
berpikir tentang tanah air mereka, dan bukan tentang pendirian Khilafah
di Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk menyatukan mereka dan membantu
mereka dengan berbagai cara untuk memerangi ancaman teroris (julukan
kaum kafir kepada pejuang Khilafah/mujahid, red.). Ini adalah tujuan bagi seluruh wilayah dan bagi dunia,” sesumbarnya.
Pada hari pertama Konferensi Jenewa II,
Rabu (22/1) Lavrov mewanti-wanti peserta konferensi—yang menghadirkan
pihak rezim Assad dan oposisi minus pihak pejuang Khilafah/mujahid—agar
bersatu membentuk negara sekular. “Jika pada tahap pertama dari proses
negosiasi, pihak-pihak yang terlibat dapat bekerja sama untuk berbicara
dalam mendukung pembentukan negara Suriah, … mempertahankan sifat
sekularnya, saya kira dengan sendirinya hal itu akan menjadi sinyal
penting,” ungkap mulut busuknya.
Pra konferensi Jenewa II juga, si kafir Lavrov sok
kuasa mendikte kaum Muslim tentang hal terpenting dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. “Ada kondisi-kondisi yang harus dipahami
semua pembela tanah air Suriah tentang hal yang lebih penting, yakni
memerangi mereka yang menginginkan Suriah menjadi Negara Khilafah atau
untuk bersatu dan mengembalikan … negara sekular…” ungkapnya kepada Vesti 24, Sabtu (14/12/2013).
Konferensi Jenewa II berlangsung
sembilan hari. Konferensi ini digagas oleh negara demokratis kapitalis
Amerika dan negara demokratis komunis Rusia untuk mencegah berdirinya
Negara Islam Khilafah di Suriah. []
Mantan Serdadu Amerika Lecehkan al-Quran, Islam dan Khilafah
Mantan anggota angkatan laut Navy Seal Amerika, Ben Smith, melecehkan al-Quran, Islam dan Khilafah di depan massa pergerakan nasionalis rasis Amerika Tea Party. Hal itu terungkap dalam video yang diunggah situs surat kabar Turki Miliyat, Rabu (29/1).
Dalam video yang dibuat pada sepuluh
hari sebelumnya, tampak Smith tengah berorasi. Ia kemudian mengambil
al-Quran dan melemparkannya ke tanah. Dengan sinis pula para hadirin
bertepuk tangan setelah Smith mengatakan, “Inikah buku (al-Quran) yang
menyerukan Arab Spring, Islam dan Khilafah?”
Tea Party adalah gerakan
nasionalis rasis yang memusuhi Islam secara terbuka dan menunjukkan rasa
takut akan kembalinya lagi kekuasaan di bawah naungan negara Khilafah,
sebagaimana sikap yang diperlihatkan mantan tentara Amerika itu saat
berorasi di depan para anggotanya. [Joko Prasetyo, dari berbagai sumber]
Rezim Antek Amerika Lecehkan Secara Seksual 12 Siswi Al-Azhar
Organisasi HAM Arab yang berbasis di
Inggris mengatakan telah menerima keluhan dari 12 keluarga siswi
Al-Azhar yang dipenjara di Mesir. “Keluhan-keluhan itu menunjukkan bahwa
kaum wanita dipukuli, dihina dan dilecehkan secara seksual oleh tentara
atau polisi ketika mereka ditangkap,” ungkap rilis laporan kelompok
tersebut yang dipublikasikan www.middleast-monitor.com, Sabtu (8/2).
Gerakan Perempuan Melawan Kudeta
mengatakan adanya pelanggaran terhadap tahanan perempuan “mulai dari
menit mereka ditangkap”. Laporan tersebut juga menggunakan istilah
“diculik”. “Mereka dipukuli dengan tongkat. Syal mereka dirampas. Rambut
mereka dijambak. Pakaian mereka dirobek-robek. Mereka pun dianiaya
secara seksual oleh para petugas yang menyentuh bagian-bagian tubuh
pribadi mereka,” kata laporan itu.
Ketika para tahanan tiba di kantor
polisi, mereka diwajibkan untuk menanggalkan pakaian mereka. Sekali
lagi, polisi menyentuh bagian tubuh pribadi mereka dan memukuli mereka
sebelum ditempatkan dalam sel yang “tidak pantas”. “Setelah mereka
dibawa ke Penjara Al-Qanater, “ klaim laporan itu, “kaum perempuan harus
melakukan tes keperawanan dan mereka dicampur dengan para penjahat
biasa, yang juga menyerang mereka.”
Menurut laporan tersebut, ke-12 siswi
tersebut merupakan bagian dari 200 wanita yang ditangkap pada Desember
dan Januari. Organisasi ini juga menduga yang lainnya pun mendapatkan
perlakuan yang sama dengan keduabelas siswi tersebut. []
Qatar Nyatakan Bersaudara dengan Pembantai Kaum Muslim
Bukannya menolong kaum Muslim yang
dipenjara Tembok Gaza, pemerintah fasik Qatar malah menyatakan
persaudaraannya dengan Israel, entitas pembantai kaum Muslim di
Palestina. Di bawah judul, “Menteri Luar Negeri Qatar: Kami dan Israel
adalah Saudara,” situs Alarab, Kamis (6/2) mengungkap kenyataan yang memuakkan itu.
Dalam berita itu disebutkan, Menteri
Khalid bin Muhammad al-Attiyah menyebut hubungan negaranya dengan Israel
sebagai ‘hubungan saudara’, dalam sebuah pernyataan yang disampaikan
saat partisipasinya dalam penutupan konferensi keamanan internasional,
di Munich, Jerman pekan awal Februari.
Wartawan Israel, Rafael Ehren, dalam laporannya di situs The Times of Israel
mengatakan, bahwa Menteri Luar Negeri Qatar berjabat tangan dengan
dirinya secara hangat dan berlangsung lama setelah ia tahu bahwa dirinya
adalah orang Israel.
Ehren menyatakan kebahagiaannya ketika
merespon sikap Menteri Luar Negeri Qatar ini dengan mengatakan, “Tentu
saja, kita adalah saudara.” []
Kristen Koptik Tegaskan Dukung Rezim Pembantai Kaum Muslim Mesir
Ketika berbicara di depan delegasi
Majelis Rendah dan Majlis Tinggi Inggris, Paus Gereja Ortodoks Koptik
Alexandria Paus Tawadros II, dengan tegas menyatakan dukungannya kepada
rezim militer antek Amerika yang membantai kaum Muslim Mesir pada 30
Juli lalu. “Revolusi ini adalah sebuah revolusi rakyat yang didukung
oleh gereja dan Al-Azhar. Tentara telah melakukan intervensinya pada
waktunya untuk mewujudkan tuntutan rakyat,” ungkapnya seperti
diberitakan www.middleeastmonitor.com, (3/2).
Tawadros mendesak delegasi Inggris itu
untuk mendukung pemerintah sementara Mesir selama periode mendatang baik
secara ekonomi dan pendidikan. [Joko Prasetyo, dari berbagai sumber]
0 comments:
Post a Comment