Will Durant, sejarawan Barat, dalam bukunya, Tarikh al-Hadharah, menuturkan kebijakan perdagangan Khilafah Abbasiyyah di era Harun ar-Rasyid:

Dia melanjutkan:
“Ketika itu perdagangan besar telah melalui jalur-jalur ini. Di
antara keistimewaan ekonomi yang dinikmati oleh wilayah Asia Barat
(Timur Tengah) adalah adanya satu pemerintahan yang menguasai kawasan
ini, di mana sebelumnya telah terbelah menjadi empat negara. Dampak dari
kesatuan wilayah ini adalah hilangnya semua halangan tarif dan tax,
serta halangan-halangan perdagangan yang lain di dalam negeri. Ini
ditambah dengan fakta, bahwa bangsa Arab tidak seperti bangsawan Eropa
yang selalu memalak pedagang dan memeras mereka..
Perbatasan seperti Baghdad, Bashrah, Aden, Kairo, dan Iskandariah
telah mengirim ekspedisi perdagangan untuk mengarungi lautan luas.
Perdagangan Islam pun menguasai negeri-negeri di Laut Tengah hingga
terjadinya Perang Salib. Bergerak dari Syam dan Mesir di satu sisi, ke
Tunisia, Shaqliyah, Marakesh (Maroko) hingga Spanyol di sisi lain.
Perdagangan tersebut melintasi wilayah-wilayah Yunani, Italia dan Gala.
Dominasi atas Laut Merah tersebut telah dipindahkan dari wilayah
Ethopia, meninggalkan Laut Khazar hingga Mongolia, naik di Sungai Volga;
Finlandia, Skandinavia dan Jerman. Di sana, meninggalkan jejak beribu
keping uang Islam… Aktivitas perdagangan ini terus berlanjut, dan
berhasil menghembuskan kehidupan yang kuat di seluruh penjuru negeri
hingga puncaknya pada abad ke-10. Di saat Eropa masih mengalami
kemunduran hingga pada level terendah. Ketika perdagangan ini telah
tiada, jejak-jejaknya masih tersisa dan tampak jelas dalam sejumlah
bahasa Eropa, di mana sejumlah kosakata telah masuk di dalamnya.
Seperti Tariff, Magazine, Cravan dan Bazaar.”
Tariff dan Magazine, sebenarnya berasal dari bahasa Arab. Masing-masing adalah, Ta’rifah dan Makhzan. Sedangkan Cravan dan Bazaar berasal dari bahasa Persia. (Will Durat, Tarikh al-Hadharah, Juz XIII, hal. 109-110)
0 comments:
Post a Comment