Situasi
dunia Islam belum berubah. “Bahkan di beberapa tempat makin buruk. Umat
Islam menjadi keganasan berbagai rezim. Di Suriah, lebih dari 150 ribu
kaum Muslim dibantai oleh rezim Bashar Assad. Anehnya, dunia membiarkan
pembunuhan massal tersebut,” ungkap Pengamat Hubungan Internasional
Farid Wadjdi kepada mediaumat.com, Sabtu (28/12) melalui surat elektronik.
Ia juga mengatakan di Mesir, rezim
militer Mesir dipimpin Abdul Fatah As Sisi menggulingkan pemerintahan
Mursi yang baru berkuasa secara sah selama setahun. Kudeta ini
menyebabkan konflik berkepanjangan. Rakyat menjadi sasaran kekejaman
tentara.
Begitu juga di Palestina, lanjut
anggota Maktab I’lamy DPP Hizbut Tahrir Indonesia, umat Islam masih
menjadi bulan-bulanan tentara Israel. Rumah-rumah mereka dihancurkan dan
diganti dengan permukiman Yahudi. Bahkan bagian bawah Masjid Al Aqsha
dibuat terowongan untuk membangun tempat peribadatan kaum terlaknat
tersebut. Umat Islam di Gaza diblokade dari segala penjuru. Terowongan
yang menghubungkan Gaza-Mesir dihancurkan.
“Sementara itu, di Afghanistan umat
Islam terus dijajah oleh Amerika Serikat dan penguasanya sendiri,”
ungkap praktisi media tersebut.
Di belahan dunia Islam lainnya, kaum
minoritas Muslim tak beranjak dari kondisi terpuruk. “Muslim di Xinjiang
(Cina), Rohingya (Myanmar), dan Pattani (Thailand) berjuang untuk
membebaskan diri dari kekejaman rezim penguasa. Sementara di Barat,
minoritas Muslim sering mendapatkan perlakukan diskriminatif. Mereka
semua tak bisa berbuat banyak, kecuali bertahan dan membela diri dengan
kemampuan yang ada.”
Sedangkan Indonesia, rezim SBY tak
berani protes saat negeri Muslim terbesar di dunia ini disadap Amerika.
Dan kepada Australia yang juga menyadap, SBY hanya mengirim surat dan
menarik duta besar Indonesia dari Canberra. Begitu PM Australia Abbot
menyatakan Australia tidak akan menghentikan aksi penyadapannya, SBY
juga diam saja. “Tak bisa apa-apa,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo
No comments:
Post a Comment